Pendidikan merupakan roda
penggerak kecerdasan bangsa. Melalui pendidikan, pemikiran dan wawasan suatu
bangsa akan terbuka. Merujuk pada sejarah Jepang sewaktu kalah dari perang
dunia II, hal yang menjadi sorotan pertamanya adalah pendidikan. Guru-guru
dikumpulkan untuk mengembalikan pendidikan dan meningkatkan kualitasnya.
Untuk memperoleh
pendidikan yang berkualitas, pendidikan harus sejalan dengan kedisiplinan.
Disiplin merupakan sikap untuk mematuhi, mentaati terhadap peraturan,
ketentuan, etika, norma, dan kaidah yang berlaku. Tidak hanya peraturan dalam bentuk
tulisan yang harus ditaati, namun juga peraturan dalam hal norma dan etika.
Untuk mewujudkan
kesiplinan dalam pendidikan yang bersahabat, tidak bisa dilakukan oleh satu
arah saja. Selain peserta didik yang harus mematuhi peraturan, sang guru juga
harus memberi support dan bimbingan kepada peserta didik agar termotivasi dalam
menerapkan kedisiplinan. Tiap peserta didik harus mendapat perhatian secara
personal dari institusi pendidikan. Hal ini dapat diwujudkan dengan adanya sesi
khusus dengan guru atau wali yang telah
ditunjuk institusi terhadap peserta didik. Kemudian dari guru atau wali, harus
mampu mendekati dan menggali kepribadian sang peserta didik. Dalam sesi ini,
sang guru atau wali harus mampu mengenali potensi peserta didik dan kemudian
mendorong peserta didik untuk mewujudkan kedislipinan dalam belajar. Hal semacam
ini disebut dengan coaching.
Kemudian, setelah
dimotivasi dari sisi internal melalui coaching,
perlu dorongan juga dari sisi
eksternal. Selain dengan peraturan yang mengikat, yang lebih menekankan pada hukuman
bagi pelanggar. Pelaksana peraturan juga perlu diapresi atas prestasi mentaati
peraturan dan menjalankan kedisiplinan. Peserta didik yang paling disilpin dan
melaksanakan peraturan layak diberi apresiasi dan penghargaan. Dengan awarding ini dimaksudkan agar peserta
didik yang lain termotivasi untuk menjalankan kedisiplinan dan malu atas sikap
tidak disiplinnya terhadap peraturan.
Dengan sistem semacam ini
diharapkan kedislipinan dalam pendidikan yang bersahabat dapat diterapkan tanpa
ada keterpaksaan dalam menjalankan peraturan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar