Sabtu, 01 Oktober 2016

Kode Etik Interaksi Ikhwan dan Akhwat

Kode Etik Interaksi Ikhwan dan Akhwat
Oleh : Ustadz Alif Rachman
Pada kajian mengenai interaksi ikhwan akhwan ini akan ada 5 pokok  bahasan, yaitu :
  • ·       Hakikat penciptaan dan keseimbangan
  • ·       Keistimewaan wanita dalam Islam
  • ·       Hukum melihat lawan jenis
  • ·       Permasalahan yang dihadapi
  • ·       Etika bergaul dengan lawan jenis.

Hakikat Penciptaan dan Keseimbangan
Tujuan penciptaan manusia adalah untuk beribadah dan menjadi pemimpin. Pemimpin di Surga, namun harus memimpin dunia terlebih dahulu. Karena, awal mulanya manusia berasal dari Surga. Namun, karena bisikan setanlah akhirnya manusia di turunkan ke bumi. Sifat seorang Khalifah itu :
1.     Beriman dan Islam
2.     Hamba yang bertaqwa kepada Allah SWT
3.     Cerdas
Segala sesuatu diciptakan dengan pasangannya. Diciptakan berpasangan dengan tujuan untuk saling melengkapi dan untuk menjaga keseimbangan. Sebagai seorang muslim harus tau :
1.     Ilmu Tauhid
Karena dakwah pertama Rasulullah SAW mengenai Tauhid.
2.     Ilmu Fiqih
Ilmu Fiqih harus dimiliki oleh seorang muslim, karena dalam bertindak  berpedoman pada ilmu fiqih. Minimal mengetahui Fiqih ibadah, karena manusia diciptakan untuk beribadah.
3.     Ilmu Qur’an
Kewajiban akan ilmu Qur’an yaitu
a.      Mempelajari dan memahami.
Untuk itu, kita harus membaca Al- Qur’an
b.     Untuk mengamalkannya
c.      Mengajarkan
d.     Menjaganya, syukur-syukur menghafal.

Keistimewaan Wanita Dalam Islam
Dalam Islam, banyak dijelaskan mengenai kemuliaan wanita. Untuk itu, seorang wanita mempunyai amanah untuk menjaga dirinya sendiri. Melaui hijab, agama Islam menunjukkan bahwa seorang wanita harus menjaga dirinya, mau tidak mau, karena Hijab itu WAJIB. Seorang wanita pun harus memiliki peran. Meski agama Islam memuliakan dan menjaga wanita, tidak menjadi alasan bagi wanita untuk tidak  berkembang. Seoang wanita harus cerdas, karena ia akan menjadi madrasah pertama bagi ank-anaknya kelak.

Hukum (Laki-laki) Melihat Lawan Jenis (Wanita)
Dalam bahasan ini, ditekankan hukum laki-laki melihat wanita karena pada kenyataannya seorang laki-lakilah yang sering melihat seorang wanita. Hukumnya yaitu
·       Jika orang lain, bukan mahram tanpa ada keperluan/udzur kepada wanita, maka tidak diperbolehkan
·       Istri/budak, diperbolehkan seluruh tubuh (kecuali kemaluan)
·       Mahrom/ budak Istri orang lain, diperbolehkan, selan antara pusar sampai lutut
·       Jika untuk khitbah (melamar), hanya diperbolehkan melihat wajah dan telapak tangan.
·       Untuk pengobatan, diperbolehkan hanya pada bagian yang diperlukan
·       Untuk muamalah/ saksi, hanya diperbolehkan melihat pada wajah.
·       Budak yang akan dibeli (pada zaman dahulu), diperbolehkan hanya pada bagian yang perlu dilihat.

Permasalan Kita Saat Ini
Hal yang sering menjadi alasan dalam menjadi interaksi lawan jenis yaitu karena sulitnya terpisah. Dalam kehidupan sehari-hari, memang interaksi ikhwan akhwat memang tidak dapat dipisahkan, namun hal tersebut bukan menjadi alasan selama kita tau batas-batasnya. Kemudian, wanita yang dianggap belum bisa mandiri akan membuat interaksi dengan ikhwan akan lebih sering, dan bahkan melewati batasnya. Kaburnya antara yang hak dan yang batil akan membuat dosa kecil dianggap bukan dosa kecil. Kalangan liberal yang semakin kuat akan mempengarui pemikiran umat akan batasan berinteraksi. Dan factor dari dalam diri sendiri yang tidak mentaati batasan-batasan berinteraksi.

Etika Bergaul Dengan Lawan Jenis

Dalam Al- Qur’an surat An-Nur: 31 dan Al- Qur’an surat Al- Ahzab: 59, dijelakan bahwa menutup aurat itu hukumnya wajib bagi seorang wanita yang sudah baligh. Dalam QS. An-Nur: 31 dijelaskan bagaimana seharusnya menjaga pendangan. Dalam berintaksi, juga harus memperhatikan suara seperti yang terkandung dalam QS. Al- Ahzab: 32. Kemudian, dalam berinteraksi seperlunya saja, hindari kontak fisik, pisahkan laki-laki dan perempuan dan tidak dalam berdesak-desakkan. Kemudian dilarang juga berkhalwat (berdua-duaan). Dan dalam berinteraksi jauhi perbuatan dosa atau yang mengarah kesana.

Kemanakah Kau, Lentera Nusantaraku?

Kemanakah Kau, Lentera Nusantaraku?

Desa, tempat melimpahnya hasil bumi ibu dari pertiwi. Pemenuh segala kebutuhan sehari-hari, mulai dari beras, sayur, buah, ikan, ternak bahkan obat-obatan pun terdapat didesa. Di desa, kita diajarkan ketulusan akan sebuah proses, proses menghasilkan padi, proses memetik buah, proses merawat ternak, dan proses-proses kehidupan lainnya. Dimana sering kali bahwa proses tersebut tidak pernah diperhatikan bahkan mungkin tidak dihargai. Hasil memeras keringat selama seharian penuh, hanya di hargai beribu rupiah, bahkan hasil selama berbulan-bulan pun tak dihargai sesuai harapan.
Hingga akhirnya, kegiatan menghasilkan produk-produk desa itu kini sudah  mulai ditinggalkan. Hanya generasi tua yang masih menggeluti bidang tersebut. Sedang generasi muda, lebih  memilih pergi ke kota orang, ke negeri orang, bahkan pergi untuk meninggalkan dan tidak kembali. Bagi generasi  muda, pekerjaan yang berbau dengan bercocok tanam, berternak, berkebun dan lainnya dianggap pekerjaan kuno dan tindak menjanjikan. Padahal, kunci keberhasilan dan kesejahteraan desa berada disitu.
Bagaimana tidak, jika hanya generasi tua yang menggeluti bidang tersebut maka pasokan  pangan negeri ini akan kacau. Bahan pangan yang ada di kota, jika kita telusuri asalnya dari desa. Jika generasi muda tidak ada yang meneruskan bidang ini, maka tidak akan ada yang memberi pasokan pangan ke kota. Karena bisa di pastikan bahwa generasi tua akan berkurang jumlahnya.

Indonesia akan bersinar, jika lentera- lentera dari seluruh ini menyala. Bagaimana akan bersinar jika lentera-lentera itu kini tidak mau menyalakan diri dan pergi negeri orang? Jika para pemuda tidak mau kembali ke daerah dan membangun daerahnya. Kemanakah kau Lentera Indonesia? Kemanakah kini kau pemuda?

Hidayah

Kajian Islam Pekanan
“Kisah Seorang Pemuda Menjemput Hidayah”

Kajian Islam kali ini membahas mengenai Salman Al Farisi dalam menjemput hidayahnya. Salman Al Farisi adalah seorang pemuda yang berasal dari Persia. Awal kisahnya dalam menjemput hidayah dimulai ketika ia mendapat satu tugas suci dari ayahnya, yakni tugas menjaga api. Tugas tersebut diberikan kepadanya karena ayahnya termasuk dalam kaum Majusi (penyembah api).
Suatu ketika, ia disuruh ayahnya untuk melihat sebidang tanah, saat melihat sebidang tanah tersebut, Salman Al Farisi melihat kaum Nasrani yang sedang beribadah. Salman berfikir bahwa ibadah kaum tersebut lebih bagus. Karena kelamaan melihat kaum Nasrani beribadah, ayah Salman menyuruh utusan untuk menjemputnya. Dan berkatalah Salman kepada ayahnya bahwa agama mereka (Nasrani) lebih baik. Karena ucapan tersebut, Salman akhirnya dipasung.
Dalam masa pemasungannya, Salma melihat kaum Nasrani lewat dan ia meminta tolong untuk dilepaskan. Setelah lepas, ia disuruh oleh sang pendeta untuk pergi ke Syria dan mengabdi pada pendeta lain. Sesampainya ia di Syria, ia mengabdi pada seorang pendeta yang dimaksud oleh pendeta kaum Nasrani. Namun pendeta yang ia layani ternyata suka menggelapkan uang, hingga kemudian digantikan dengan pendeta baru yang baik.
 Lama ia mengabdi pada pendeta yang baik tersebut, hingga akhirnya pendeta tersebut meninggal. Lantas, Salman pergi ke Mosol dan menemukan seorang pendeta yang telah tua. Pendeta tua tersebut menyuruh Salman untuk pergi ke Nasibin untuk menemui pendeta tua yang lain. Sesampainya ia di Nasibin, ia disuruh pergi lagi ke Amuria untuk menemui seorang pastur. Pergilah ia menemui sang pastur. Saat bertemu, pastur sudah dalam keadaan menjelang wafat. Dalam kesempatan itu, Pastur meninggalkan pesan kepada Salman bahwa akan datang Nabi. Nabi tersebut memiliki tanda di punggung dan jika diberi sedekah, Ia tidak ikut makan, namun jika diberi hadiah Ia ikut makan.
            Selepas wafatnya Pastur, Salman melihat ada rombongan menuju Makkah. Untuk ikut dalam rombongan itu, Salman telah memberikan imbalan berupa sapi dan kambing. Namun ternyata ia ditipu oleh rombongan itu dan ia dijual. Hingga akhirnya ia dibeli oleh seorang yahudi dan dibawa ke Madinah. Kemudian ia dipekerjakan di kebun Kurma. Saat itulah ia bertemu dengan rombongan Rasulullah SAW dan mengetahui kecocokan dengan pesan Pastur tentang sedekah, hadiah dan tanda di punggung. Sejak saat itulah Salman masuk Islam.

Dari cerita diatas, dapat diambil hikmah bahwa dalam menjemput hidayah, prosesnya amatlah panjang. Proses yang dilewai dengan cobaan dan rintangan. Pelajaran lainnya yaitu tidak boleh mencari kebenaran diluar kebenaran Islam. Hidayah itu harus kita mintakan, doakan dan kita usahakan.


Kamis, 29 September 2016
Atsar Ilmu Tauhid dalam Kehidupan.

Atsar atau ketidaktauan kita dalam kehidupan akan Ilmu Tauhid akan berakibat:
1.     Kita tidak tau tujuan kita diciptakan
Dalam QS. 47 : 12 dijelaskan bahwa surga itu di hiasi dengan hal-hal yang kita sukai, sedang neraka diisi dengan hal-hal yang kita sukai. Untuk itu kita harus menjaga komunikasi kita dengan Allah. Jika ingin berbicara kepada Allah, berdoalah. Jika ingin Allah berbicara kepada kita, bacalah Al-Qur’an.
2.     Siapa yang tidak beriman kepada hari akhir.
3.     Bila ilmu Tauhid tidak dikenal masyarakat, maka amal akan rusak, aqidah akan rusak dan kerusakan terjadi dimana-mana.

Sungguh Allah lah yang memiliki hati kita. 

Kajian Islam Kontemporer

Kajian Islam Kontemporer
Oleh : Ustadz Musholi
Agama Islam adalah agama yang tinggi. Menurut Ustadz Musholi, pikiran itu seperti parasut, “minds are like parachutes, they only function when open”. Bagaimana seseorang berfikir menyikapi masalah kehidupan, maka akan menentukan masalahnya. Dalam bertindak kita harus melakukannya karena keikhlasan kepada yang di langit, dan ketulusan kepada yang dibumi.
            Membangun 4 sifat dasar:
1.         Rendah hati
2.         Objektif
3.         Open mind
4.         Moderat
Cara kita memperbaiki diri adalah dengan mengakui orang lain. Agama itu tidak hanya mengenai masjid dan majelis taklim. Agama Islam itu memberi kemudahan, bukan kesulitan. Jika terjadi kesenjangan islam, itu merupakan perilaku penganutnya. Karena Allah mewajibkan manusia untuk berperilaku ihsan. Dalam islam, keburukan di balas dengan kebaikan, bukan dengan emosi dan balas dendam.
Beragama itu tidak berarti memendekkan sumbu. “berIslam-lah seperti Islamnya Muhammad, bukan Islam ala egomu. Jangan hanya berislam, tapi menghilangkan Muhammad ”.
Keagungan Akhlaq Rasulullah.
Rasulullah meringkas isi kepribadiannya dengan ungkapan : “ pengetahuan adalah modalku, akal adalah dasar agamaku. Dan cinta kasih adalah aliran filasafatku. Ingat kepada Allah adalah temanku. Apapun kepribadian adalah kawanku. Kesabaran adalah busanaku, ilmu adalah senjataku. Berjihad adalah perangaiku dan sholat itulah penawar hatiku.” Sifat keagungan Rasulullah ini termuat dalam QS. Al- Qalam ayat 4.




Bangun Indonesia Dari Desa

Bangun Indonesia Dari Desa
Oleh Nur Agis Aulia
Mas Agis Nur Aulia adalah sorang alumni Rumah Kepemimpinan angkatan V. Beliau kini menjadi CEO dari Banten Bangun Desa dan co Founder Institut Petani Peternak Muda Banten. Mas Agis memilih untuk kembali pulang ke daerah asalnya karena baginya peran itu harus dibagi-bagi. Tidak mungkin semua orang menjadi orang hebat di kota, di luar negeri dan di luar daerah asalnya, utamanya anak muda. Anak muda harus ada yang kembali ke daerah untuk membangun dan mengembangankan daerah asalnya.

Kebanyakan, kemiskinan terdapat di desa. Hail ini terjadi karena banyak orang-orang terbaik desa yang pergi ke kota, bahkan pergi keluar negeri. Dan kemudian melupakan perkembangan daerah asalnya, dimana justru desa inilah solusi dari inflasi. Melalui pengembangan bidang pertanian dan peternakan secara optimal maka potensi-potensi tersebut akan menjadi pilar-pilar kemandirian desa.